A Quiet Place (2018) : Ulasan Film

Film ini mengkondisikan mental kita untuk selalu waspada.
“Who are we if we can't protect our children?”— Evelyn Abbott
A Quiet Place dimodali dengan gimmick mematikan yang sempurna. Konsepnya datang dari aspek kehidupan sehari-hari, sampai-sampai horornya menjadi paling efektif. Film ini menyebabkan kengerian menurut konsep bahwa guna bertahan hidup insan harus berusaha untuk tak menerbitkan suara. Suara apapun, sesedikit apapun, dapat berujung maut. Karena sesuatu yang mencekam dari balik pohon bakal segera menyerobot apa saja yang menerbitkan suara.

Gimmick itu mengijinkan filmnya guna mempunyai suspens sepanjang durasi. Sineas horor legendaris, Alfred Hitchcock pernah bilang bahwa suspens ialah apa yang terjadi ketika ada suatu bom di bawah meja, dan anda tahu ia terdapat disana. Kita sadar bom dapat meledak, namun ia belum meledak–inilah yang namanya suspens. A Quiet Place pada dasarnya membawa bom sepanjang film. Film ini mengkondisikan mental anda untuk tidak jarang kali waspada.

Yang menyerobot tadi ialah makhluk asing yang buta, semacam campuran antara insan dengan kepiting. Dari mana mereka berasal? Apakah mereka alien? Atau makhluk mutasi? Atau produk dari konspirasi Cina yang hendak merusak bangsa laksana halnya telur palsu yang sudah menciptakan kita jumpalitan seraya skotjam? Film horor atau thriller yang sangat mengena seringkali ialah yang tersimpel, tanpa tidak sedikit ba-bi-bu.

A Quiet Place ialah film simpel yang fokus. Set-up, plot, dan dialog (atau dalam urusan ini, bahasa isyarat) dilucuti sampai yang penting-penting saja. Bagaimana tadinya mereka menginvasi? Apa perbuatan pemerintah dan militer? Bagaimana dengan insan lain di samping tokoh-tokoh utama kita? Kita tak tahu, dan tersebut bukan poinnya. Keberadaan monster tadi ialah mekanika plot untuk membuat suspens. Dan film ini menggunakannnya jauh lebih memuaskan daripada film It Comes at Night.

Ketika film dibuka, anda langsung sedang di "Hari ke-89". Sebuah kota kecil di New York telah menjadi kota hantu. Gedung-gedung terbengkalai, sampah dimana-mana, dan tak kelihatan satu pun warga di jalanan. Sampai lantas kita berjumpa dengan satu family yang mengambil sekian banyak macam barang keperluan di suatu supermarket. Mereka terdiri dari ayah (John Krasinski), ibu (Emily Blunt), serta anak-anak (Millicent Simmonds, Noah Jupe). Mereka telah tahu akan eksistensi monster, sampai-sampai mereka mengendap-endap dan berkomunikasi dengan bahasa isyarat.

Ini ternyata baru set-up guna menunjukkan untuk kita bahwa terornya tidak main-main. Cerita bahwasannya terjadi sekitar setahun kemudian. Tinggal di sebuah lokasi tinggal di ladang jagung, mereka telah menyusun sekian banyak macam formalitas demi menyelamatkan diri. Namun ibu kini sedang hamil 9 bulan.

Bagaimana coba teknik melahirkan tanpa bersuara? Belum lagi jabang bayinya nanti yang sudah tentu akan merengek? Film ini menciptakan saya menyadari bahwa betapa tidak sedikit aspek kehidupan anda yang bersangkutan dengan suara dan mustahil guna mengeliminasinya sama sekali.

Sebagai film yang mewajibkan karakternya tidak jarang kali diam, film ini pun adalahfilm yang relatif sunyi. Dialog langsung boleh dibilang hampir tak ada. Alih-alih, suara-suara kecil nan inkonsekuensial, laksana botol plastik jatuh atau tahapan kaki, diamplifikasi. Film ini memancing anda untuk memperhatikan dengan cermat bahkan ketika tak terdapat sesuatu yang urgen yang mesti didengarkan. Ini pun membuat jump-scares yang diiringi scoring menggelegar dari Marco Beltrami terasa halal. Gerakan dan suara sekecil apapun memang adalahbatas yang paling tipis antara hidup dan mati.

Film ini disutradarai sendiri oleh Krasinski, yang pun menulis skrip bareng Bryan Woods dan Scott Beck. Ini bukan film kesatu yang digarapnya, namun disini Krasinski mengindikasikan kapabilitasnya yang mantap dalam mengerjakan suspens. Satu set-piece disusul dengan set-piece lain.

Film kelihatannya sudah inginkan abis, namun ternyata belum sebab akan datang lagi skenario suspens yang tak kalah tegang. Di satu kesempatan, ia menyorot paku yang tersembul dari lantai. Apakah paku ini nanti akan menancap di kaki di antara karakter kita? Siapa yang tahu. Itulah di antara "bom" yang saya maksud. Geografi tempatnya jelas–kita tahu apa yang sedang terjadi, dimana tersebut terjadi.

Yang pun saya suka dari film ini ialah karakternya yang diciptakan cerdas, tak seperti banyak sekali film horor beda dimana tugas mereka hanyalah berteriak dan menjadi santapan dewa maut. Sang ayah ialah pria yang kompeten dalam mengawal keluarga. Ia tahu tentang tidak sedikit hal dan bermaksud mewariskan keterampilannya untuk anak-anaknya supaya mereka mandiri. Ada waktu saat keempat orang ini nanti mesti terpencar satu sama lain, dan mereka menunjukkan kemampuan mereka dalam bertindak.

Ready Player One  (2018) : Ulasan Film 
A Quiet Place
95 menit
Remaja
John Krasinski
Bryan Woods, Scott Beck, John Krasinski
Michael Bay, Andrew Form, Brad Fuller
Charlotte Bruus Christensen
Marco Beltrami

Trailers