Ready Player One (2018) : Ulasan Film

'Ready Player One' merupakan sebuah hiburan ringan yang spektakuler, yang dibuat dengan keterampilan dan integritas.

Ready Player One merupakan sebuah hiburan ringan yang spektakuler, yang dibuat dengan keterampilan dan integritas. Setiap ruang di layar diisi dengan visual yang sensasional dan efek spesial yang dahsyat. Film ini adalah proyek ambisius dari sutradara veteran Steven Spielberg, yang mengambil ide dari potensi realitas virtual lalu mengubahnya menjadi blockbuster sensasional yang dibangun dengan keajaiban CGI dan disesaki dengan referensi budaya pop. Dan disini Spielberg tak menahan diri sama sekali.

    “People come to the Oasis for all the things they can do, but they stay for all the things they can be.”
   -Parzival-

Ready Player One adalah sebuah hiburan enteng  yang spektakuler, yang diciptakan  dengan kemampuan  dan integritas. Setiap ruang di layar dipenuhi  dengan visual yang sensasional dan efek spesial yang dahsyat.

Film ini termasuk  proyek ambisius dari sutradara veteran Steven Spielberg, yang mengambil gagasan  dari potensi realitas virtual kemudian  mengubahnya menjadi blockbuster sensasional yang dipadu  dengan keganjilan  CGI dan disesaki dengan referensi kebiasaan  pop. Dan disini Spielberg tak menyangga  diri sama sekali.

Spielberg termasuk  pakarnya dalam hal-hal semacam ini. Sang sineas telah  menyumbangkan sejumlah  karya yang menjadi pionir teknis dalam film-film blockbuster, mulai dari Jaws, Close Encounters of the Third Kind, Jurassic Park, hingga  The Adventures of Tintin.

Ready Player One memang bukan pionir dalam urusan  apapun, namun  film ini adalah sebuah pencapaian puncak dalam seni efek spesial. Materi sumbernya ialah  novel berjudul sama karya Ernest Cline, yang tak saya baca, namun  katanya merupakan kesenangan  surgawi buat semua  nerd. Kalau memang begitu, maka novel tersebut telah  mendapatkan adaptasi film yang sepadan.

Ada tidak sedikit  referensi kebiasaan  pop dan penampilan karakter ikonik dari masa kanak-kanak yang akan anda  jumpai nyaris  di masing-masing  frame—sebagiannya dibuat  sendiri oleh Spielberg lewat filmnya yang lalu.

Akan berkurang keseruannya andai  saya ungkap, namun  saya dapat  bilang bahwa propertinya bukan terbatas pada kepunyaan  Warner Bros (yang memproduksi film ini) saja melainkan pun  lintas studio dan  ehem  lintas negara. Beberapa diantaranya bakal  membuat kamu  terjengkang. Eh, kok jadi kayak judul tulisan  clickbait?

Kedengarannya laksana  formula curang  untuk meraup dolar di box office. Namun, kekhawatiran saya memudar ketika  ceritanya dimulai. Spielberg hendak  membuat filmnya lebih dari itu. Plot dasar dan karakter memang dijadikan sebagai tatakan guna  menempatkan sekian banyak   referensi yang tentu  akan diteliti  oleh pakar referensi nanti, namun  film ini ternyata pun  punya kisah  yang cukup  involving. Spielberg tak tidak mempedulikan  permainan referensi memindahkan  narasi.

referensi dalam film tak sejumlah  di novel. Spielberg, dengan pertolongan  penulis skrip Zak Penn, melulu  memilih unsur  yang penting untuk  cerita. Ini menciptakan  penonton yang gak get sama referensi tetap dapat  menikmatinya, walau pasti  akan lebih pecah untuk  penonton yang get.

Latarnya ialah  tahun 2045, ketika  dunia menjadi lebih kacau daripada sekarang. Kemiskinan dan overpopulasi membuat beberapa  besar  warga me sti bermukim  dalam kontainer yang dibentuk  bertingkat laksana  rusun.

Jadi memang lebih baik sebenarnya  untuk menguras  waktu di OASIS, suatu  semesta realitas virtual yang mungkin  bisa dinamakan  sebagai game interaktif namun  begitu sesuai  sebagai pelarian dari kenyataan sebab  disana kita dapat  menjadi apa saja dan mengerjakan  apa saja. Ini ialah  tempat dimana angan-angan  menjadi kenyataan; monster, robot, raksasa, anda  bahkan dapat  menjadi Batman. Bagi  masuk ke OASIS, kita melulu  perlu menggunakan  kacamata spesial.

Kreatornya ialah  James Halliday (Mark Rylance), Steve Jobs-nya OASIS. Sebelum meninggal, Halliday mewasiatkan permainan 3 level untuk  seluruh pemakai  OASIS.

Barangsiapa yang dapat  menyelesaikan seluruh  level, berhak guna  mewarisi semua  kekayaan Halliday dan, yang sangat  penting, kontrol sarat  atas OASIS. Benar sekali, garis besar plotnya serupa  dengan gaya naratif video game. Maka dimulailah permainan supersulit yang melibatkan seluruh  pemain OASIS.

Pada inti ceritanya, film ini tetaplah film family  khas Spielberg, dimana seorang anak polos yang punya potensi besar me sti berusaha  melawan sinisme dunia orang dewasa. Dalam Ready Player One, anak tersebut ialah  Wade Watts (Tye Sheridan), remaja canggung yang bermukim  di di antara  area kumuh di Columbus, Ohio. Saat menggunakan  kacamata spesial, ia menjadi Parzival, di antara  avatar yang jago di OASIS. Sobatnya ialah  Aech, teknisi bertubuh gempal yang separuh  robot. Nanti, mereka bakal  berkenalan dengan Art3mis (Olivia Cooke) yang seksi dan pun  tak kalah jago.

Tiran yang me sti ditentang  Wade ialah  Nolan Sorrento (Ben Mendehlson), mantan anak buah Halliday yang berencana untuk memungut  alih OASIS. Ia sampai menciptakan  sebuah perusahaan yang sepertinya melulu  dirancang khusus guna  merebut OASIS. Setiap hari, Nolan mengirim puluhan pemain profesional ke dalam OASIS guna  menaklukkan permainan. Di OASIS, ia mendapat pertolongan  dari avatar licik mempunyai  nama  i-R0k (T.J. Miller), sementara  di dunia nyata kaki tangannya ialah  si cewek tangguh F'Nale (Hannah John-Karmen).

Namun, Nolan terbelakang  satu tahapan  dalam satu hal. Mayoritas "gunters" ("egg hunters"; istilah guna  kontestan permainan Halliday) tidak banyak  lebih unggul, sebab  petunjuk untuk masing-masing  misi tersimpan dalam film, komik, atau game yang pernah dilahap oleh Halliday. Termasuk pula kehidupan pribadinya yang tak begitu diperhatikan  oleh tidak sedikit  orang. Nah, yang terakhir menjadi bahan untuk  Spielberg untuk menyerahkan  sedikit sentimentalisme. Tapi ini bukan film yang berat. Pesan moral tentang  pentingnya dunia nyata di atas dunia virtual melulu  menjadi poin untuk memblokir  film dengan nada yang lebih positif.

Hakikat film ini yang sebenarnya ialah  wadah untuk  Spielberg untuk mencungkil  sisi sangat  nerd-nya. Adegan aksinya sarat  sesak. Energinya menciptakan  momentum film melaju dengan kencang. Adegan aksi pembuka ialah  sekuens pacuan  yang dengan gampang  mengalahkan pacuan  terkeren di film manapun. Berbagai jenis kendaraan, mulai dari truk, batmobile, hingga  motor Kaneda dari film Akira, memacu kecepatannya di tengah kekacauan di atas jembatan Manhattan yang melibatkan T-Rex hingga  King Kong. Parade visual ini tak menciptakan  indera anda  overdosis, sebab  ada sensasi yang menciptakan  kita yakin bahwa Spielberg mengontrol kekacauannya. Ada pun  sekuens yang relatif tenang, dimana ia mereka-ulang adegan dari di antara  film Stanley Kubrick. Silakan kamu  temukan sendiri.

Spielberg memenuhi  film ini dengan tidak sedikit  karakter dan sekuens yang lumayan  untuk memodali tidak sedikit  film aksi standar. Ready Player One adalah film yang mungkin  hanya dapat  dibuat oleh sineas yang sudah tidak sedikit  makan asam garam dunia blockbuster. Sulit menginginkan  filmnya dapat  seasyik dan seheboh ini bila  dikerjakan  oleh sutradara di samping  Spielberg. kita  perlu guna  menontonnya di layar lebar supaya  bisa menikmati  efek sakaw yang ditimbulkannya.

Efek spesial menjalankan tugas hqq-nya dalam sinema, yaitu guna  menggerakkan narasi. Spielberg pun  dengan dinamis memainkan konsentrasi  antara OASIS dengan dunia nyata. Beberapa kali kita disuruh  mengikuti konflik di dunia nyata, dan porsi kisah  di dunia nyata ikut menolong  stakes di dunia virtual tereskalasi. Demikian pula sebaliknya.

Sekarang Spielberg sudah memasuki  usia 71 tahun, yang mana agaknya tak lancang untuk  kita guna  menyebutnya sebagai sepuh. Namun disaksikan  dari energinya, film ini terasa diciptakan  oleh sutradara yang masih berumur 20 tahun-an. Spielberg dapat  diumpamakan sebagai opa terkeren sepanjang masa yang mengupayakan  untuk menciptakan  cucunya terkesan.

Dan ia sukses  dengan spektakuler. Ini ialah  film Spielberg yang sangat  murni serunya sesudah  bertahun-tahun. Dan yap, film ultimate untuk  para nerd. Saya yakin Spielberg bersenang-senang. Kita pun  bersenang-senang. Inilah mengapa  kita pergi ke bioskop.
Ready Player One  (2018) : Ulasan FilmReady Player One
149 menit
Remaja - BO
Steven Spielberg
Zak Penn, Ernest Cline (screenplay), Ernest Cline (novel)
Steven Spielberg, Donald De Line, Dan Farah, Kristie Macosko Krieger
Janusz KamiƄski
Alan Silvestri

Trailers