'Ready Player One' merupakan sebuah hiburan ringan yang spektakuler, yang dibuat dengan keterampilan dan integritas.
Ready Player One merupakan sebuah hiburan ringan yang spektakuler, yang dibuat dengan keterampilan dan integritas. Setiap ruang di layar diisi dengan visual yang sensasional dan efek spesial yang dahsyat. Film ini adalah proyek ambisius dari sutradara veteran Steven Spielberg, yang mengambil ide dari potensi realitas virtual lalu mengubahnya menjadi blockbuster sensasional yang dibangun dengan keajaiban CGI dan disesaki dengan referensi budaya pop. Dan disini Spielberg tak menahan diri sama sekali.
Ready Player One adalah sebuah hiburan enteng yang spektakuler, yang diciptakan dengan kemampuan dan integritas. Setiap ruang di layar dipenuhi dengan visual yang sensasional dan efek spesial yang dahsyat.
Film ini termasuk proyek ambisius dari sutradara veteran Steven Spielberg, yang mengambil gagasan dari potensi realitas virtual kemudian mengubahnya menjadi blockbuster sensasional yang dipadu dengan keganjilan CGI dan disesaki dengan referensi kebiasaan pop. Dan disini Spielberg tak menyangga diri sama sekali.
Spielberg termasuk pakarnya dalam hal-hal semacam ini. Sang sineas telah menyumbangkan sejumlah karya yang menjadi pionir teknis dalam film-film blockbuster, mulai dari Jaws, Close Encounters of the Third Kind, Jurassic Park, hingga The Adventures of Tintin.
Ready Player One memang bukan pionir dalam urusan apapun, namun film ini adalah sebuah pencapaian puncak dalam seni efek spesial. Materi sumbernya ialah novel berjudul sama karya Ernest Cline, yang tak saya baca, namun katanya merupakan kesenangan surgawi buat semua nerd. Kalau memang begitu, maka novel tersebut telah mendapatkan adaptasi film yang sepadan.
Ada tidak sedikit referensi kebiasaan pop dan penampilan karakter ikonik dari masa kanak-kanak yang akan anda jumpai nyaris di masing-masing frame—sebagiannya dibuat sendiri oleh Spielberg lewat filmnya yang lalu.
Akan berkurang keseruannya andai saya ungkap, namun saya dapat bilang bahwa propertinya bukan terbatas pada kepunyaan Warner Bros (yang memproduksi film ini) saja melainkan pun lintas studio dan ehem lintas negara. Beberapa diantaranya bakal membuat kamu terjengkang. Eh, kok jadi kayak judul tulisan clickbait?
Kedengarannya laksana formula curang untuk meraup dolar di box office. Namun, kekhawatiran saya memudar ketika ceritanya dimulai. Spielberg hendak membuat filmnya lebih dari itu. Plot dasar dan karakter memang dijadikan sebagai tatakan guna menempatkan sekian banyak referensi yang tentu akan diteliti oleh pakar referensi nanti, namun film ini ternyata pun punya kisah yang cukup involving. Spielberg tak tidak mempedulikan permainan referensi memindahkan narasi.
referensi dalam film tak sejumlah di novel. Spielberg, dengan pertolongan penulis skrip Zak Penn, melulu memilih unsur yang penting untuk cerita. Ini menciptakan penonton yang gak get sama referensi tetap dapat menikmatinya, walau pasti akan lebih pecah untuk penonton yang get.
Latarnya ialah tahun 2045, ketika dunia menjadi lebih kacau daripada sekarang. Kemiskinan dan overpopulasi membuat beberapa besar warga me sti bermukim dalam kontainer yang dibentuk bertingkat laksana rusun.
Jadi memang lebih baik sebenarnya untuk menguras waktu di OASIS, suatu semesta realitas virtual yang mungkin bisa dinamakan sebagai game interaktif namun begitu sesuai sebagai pelarian dari kenyataan sebab disana kita dapat menjadi apa saja dan mengerjakan apa saja. Ini ialah tempat dimana angan-angan menjadi kenyataan; monster, robot, raksasa, anda bahkan dapat menjadi Batman. Bagi masuk ke OASIS, kita melulu perlu menggunakan kacamata spesial.
Kreatornya ialah James Halliday (Mark Rylance), Steve Jobs-nya OASIS. Sebelum meninggal, Halliday mewasiatkan permainan 3 level untuk seluruh pemakai OASIS.
Barangsiapa yang dapat menyelesaikan seluruh level, berhak guna mewarisi semua kekayaan Halliday dan, yang sangat penting, kontrol sarat atas OASIS. Benar sekali, garis besar plotnya serupa dengan gaya naratif video game. Maka dimulailah permainan supersulit yang melibatkan seluruh pemain OASIS.
Pada inti ceritanya, film ini tetaplah film family khas Spielberg, dimana seorang anak polos yang punya potensi besar me sti berusaha melawan sinisme dunia orang dewasa. Dalam Ready Player One, anak tersebut ialah Wade Watts (Tye Sheridan), remaja canggung yang bermukim di di antara area kumuh di Columbus, Ohio. Saat menggunakan kacamata spesial, ia menjadi Parzival, di antara avatar yang jago di OASIS. Sobatnya ialah Aech, teknisi bertubuh gempal yang separuh robot. Nanti, mereka bakal berkenalan dengan Art3mis (Olivia Cooke) yang seksi dan pun tak kalah jago.
Tiran yang me sti ditentang Wade ialah Nolan Sorrento (Ben Mendehlson), mantan anak buah Halliday yang berencana untuk memungut alih OASIS. Ia sampai menciptakan sebuah perusahaan yang sepertinya melulu dirancang khusus guna merebut OASIS. Setiap hari, Nolan mengirim puluhan pemain profesional ke dalam OASIS guna menaklukkan permainan. Di OASIS, ia mendapat pertolongan dari avatar licik mempunyai nama i-R0k (T.J. Miller), sementara di dunia nyata kaki tangannya ialah si cewek tangguh F'Nale (Hannah John-Karmen).
Namun, Nolan terbelakang satu tahapan dalam satu hal. Mayoritas "gunters" ("egg hunters"; istilah guna kontestan permainan Halliday) tidak banyak lebih unggul, sebab petunjuk untuk masing-masing misi tersimpan dalam film, komik, atau game yang pernah dilahap oleh Halliday. Termasuk pula kehidupan pribadinya yang tak begitu diperhatikan oleh tidak sedikit orang. Nah, yang terakhir menjadi bahan untuk Spielberg untuk menyerahkan sedikit sentimentalisme. Tapi ini bukan film yang berat. Pesan moral tentang pentingnya dunia nyata di atas dunia virtual melulu menjadi poin untuk memblokir film dengan nada yang lebih positif.
Hakikat film ini yang sebenarnya ialah wadah untuk Spielberg untuk mencungkil sisi sangat nerd-nya. Adegan aksinya sarat sesak. Energinya menciptakan momentum film melaju dengan kencang. Adegan aksi pembuka ialah sekuens pacuan yang dengan gampang mengalahkan pacuan terkeren di film manapun. Berbagai jenis kendaraan, mulai dari truk, batmobile, hingga motor Kaneda dari film Akira, memacu kecepatannya di tengah kekacauan di atas jembatan Manhattan yang melibatkan T-Rex hingga King Kong. Parade visual ini tak menciptakan indera anda overdosis, sebab ada sensasi yang menciptakan kita yakin bahwa Spielberg mengontrol kekacauannya. Ada pun sekuens yang relatif tenang, dimana ia mereka-ulang adegan dari di antara film Stanley Kubrick. Silakan kamu temukan sendiri.
Spielberg memenuhi film ini dengan tidak sedikit karakter dan sekuens yang lumayan untuk memodali tidak sedikit film aksi standar. Ready Player One adalah film yang mungkin hanya dapat dibuat oleh sineas yang sudah tidak sedikit makan asam garam dunia blockbuster. Sulit menginginkan filmnya dapat seasyik dan seheboh ini bila dikerjakan oleh sutradara di samping Spielberg. kita perlu guna menontonnya di layar lebar supaya bisa menikmati efek sakaw yang ditimbulkannya.
Efek spesial menjalankan tugas hqq-nya dalam sinema, yaitu guna menggerakkan narasi. Spielberg pun dengan dinamis memainkan konsentrasi antara OASIS dengan dunia nyata. Beberapa kali kita disuruh mengikuti konflik di dunia nyata, dan porsi kisah di dunia nyata ikut menolong stakes di dunia virtual tereskalasi. Demikian pula sebaliknya.
Sekarang Spielberg sudah memasuki usia 71 tahun, yang mana agaknya tak lancang untuk kita guna menyebutnya sebagai sepuh. Namun disaksikan dari energinya, film ini terasa diciptakan oleh sutradara yang masih berumur 20 tahun-an. Spielberg dapat diumpamakan sebagai opa terkeren sepanjang masa yang mengupayakan untuk menciptakan cucunya terkesan.
Dan ia sukses dengan spektakuler. Ini ialah film Spielberg yang sangat murni serunya sesudah bertahun-tahun. Dan yap, film ultimate untuk para nerd. Saya yakin Spielberg bersenang-senang. Kita pun bersenang-senang. Inilah mengapa kita pergi ke bioskop.
Ready Player One
149 menit
Remaja - BO
Steven Spielberg
Zak Penn, Ernest Cline (screenplay), Ernest Cline (novel)
Steven Spielberg, Donald De Line, Dan Farah, Kristie Macosko Krieger
Janusz KamiĆski
Alan Silvestri
Ready Player One merupakan sebuah hiburan ringan yang spektakuler, yang dibuat dengan keterampilan dan integritas. Setiap ruang di layar diisi dengan visual yang sensasional dan efek spesial yang dahsyat. Film ini adalah proyek ambisius dari sutradara veteran Steven Spielberg, yang mengambil ide dari potensi realitas virtual lalu mengubahnya menjadi blockbuster sensasional yang dibangun dengan keajaiban CGI dan disesaki dengan referensi budaya pop. Dan disini Spielberg tak menahan diri sama sekali.
“People come to the Oasis for all the things they can do, but they stay for all the things they can be.”-Parzival-
Ready Player One adalah sebuah hiburan enteng yang spektakuler, yang diciptakan dengan kemampuan dan integritas. Setiap ruang di layar dipenuhi dengan visual yang sensasional dan efek spesial yang dahsyat.
Film ini termasuk proyek ambisius dari sutradara veteran Steven Spielberg, yang mengambil gagasan dari potensi realitas virtual kemudian mengubahnya menjadi blockbuster sensasional yang dipadu dengan keganjilan CGI dan disesaki dengan referensi kebiasaan pop. Dan disini Spielberg tak menyangga diri sama sekali.
Spielberg termasuk pakarnya dalam hal-hal semacam ini. Sang sineas telah menyumbangkan sejumlah karya yang menjadi pionir teknis dalam film-film blockbuster, mulai dari Jaws, Close Encounters of the Third Kind, Jurassic Park, hingga The Adventures of Tintin.
Ready Player One memang bukan pionir dalam urusan apapun, namun film ini adalah sebuah pencapaian puncak dalam seni efek spesial. Materi sumbernya ialah novel berjudul sama karya Ernest Cline, yang tak saya baca, namun katanya merupakan kesenangan surgawi buat semua nerd. Kalau memang begitu, maka novel tersebut telah mendapatkan adaptasi film yang sepadan.
Ada tidak sedikit referensi kebiasaan pop dan penampilan karakter ikonik dari masa kanak-kanak yang akan anda jumpai nyaris di masing-masing frame—sebagiannya dibuat sendiri oleh Spielberg lewat filmnya yang lalu.
Akan berkurang keseruannya andai saya ungkap, namun saya dapat bilang bahwa propertinya bukan terbatas pada kepunyaan Warner Bros (yang memproduksi film ini) saja melainkan pun lintas studio dan ehem lintas negara. Beberapa diantaranya bakal membuat kamu terjengkang. Eh, kok jadi kayak judul tulisan clickbait?
Kedengarannya laksana formula curang untuk meraup dolar di box office. Namun, kekhawatiran saya memudar ketika ceritanya dimulai. Spielberg hendak membuat filmnya lebih dari itu. Plot dasar dan karakter memang dijadikan sebagai tatakan guna menempatkan sekian banyak referensi yang tentu akan diteliti oleh pakar referensi nanti, namun film ini ternyata pun punya kisah yang cukup involving. Spielberg tak tidak mempedulikan permainan referensi memindahkan narasi.
referensi dalam film tak sejumlah di novel. Spielberg, dengan pertolongan penulis skrip Zak Penn, melulu memilih unsur yang penting untuk cerita. Ini menciptakan penonton yang gak get sama referensi tetap dapat menikmatinya, walau pasti akan lebih pecah untuk penonton yang get.
Latarnya ialah tahun 2045, ketika dunia menjadi lebih kacau daripada sekarang. Kemiskinan dan overpopulasi membuat beberapa besar warga me sti bermukim dalam kontainer yang dibentuk bertingkat laksana rusun.
Jadi memang lebih baik sebenarnya untuk menguras waktu di OASIS, suatu semesta realitas virtual yang mungkin bisa dinamakan sebagai game interaktif namun begitu sesuai sebagai pelarian dari kenyataan sebab disana kita dapat menjadi apa saja dan mengerjakan apa saja. Ini ialah tempat dimana angan-angan menjadi kenyataan; monster, robot, raksasa, anda bahkan dapat menjadi Batman. Bagi masuk ke OASIS, kita melulu perlu menggunakan kacamata spesial.
Kreatornya ialah James Halliday (Mark Rylance), Steve Jobs-nya OASIS. Sebelum meninggal, Halliday mewasiatkan permainan 3 level untuk seluruh pemakai OASIS.
Barangsiapa yang dapat menyelesaikan seluruh level, berhak guna mewarisi semua kekayaan Halliday dan, yang sangat penting, kontrol sarat atas OASIS. Benar sekali, garis besar plotnya serupa dengan gaya naratif video game. Maka dimulailah permainan supersulit yang melibatkan seluruh pemain OASIS.
Pada inti ceritanya, film ini tetaplah film family khas Spielberg, dimana seorang anak polos yang punya potensi besar me sti berusaha melawan sinisme dunia orang dewasa. Dalam Ready Player One, anak tersebut ialah Wade Watts (Tye Sheridan), remaja canggung yang bermukim di di antara area kumuh di Columbus, Ohio. Saat menggunakan kacamata spesial, ia menjadi Parzival, di antara avatar yang jago di OASIS. Sobatnya ialah Aech, teknisi bertubuh gempal yang separuh robot. Nanti, mereka bakal berkenalan dengan Art3mis (Olivia Cooke) yang seksi dan pun tak kalah jago.
Tiran yang me sti ditentang Wade ialah Nolan Sorrento (Ben Mendehlson), mantan anak buah Halliday yang berencana untuk memungut alih OASIS. Ia sampai menciptakan sebuah perusahaan yang sepertinya melulu dirancang khusus guna merebut OASIS. Setiap hari, Nolan mengirim puluhan pemain profesional ke dalam OASIS guna menaklukkan permainan. Di OASIS, ia mendapat pertolongan dari avatar licik mempunyai nama i-R0k (T.J. Miller), sementara di dunia nyata kaki tangannya ialah si cewek tangguh F'Nale (Hannah John-Karmen).
Namun, Nolan terbelakang satu tahapan dalam satu hal. Mayoritas "gunters" ("egg hunters"; istilah guna kontestan permainan Halliday) tidak banyak lebih unggul, sebab petunjuk untuk masing-masing misi tersimpan dalam film, komik, atau game yang pernah dilahap oleh Halliday. Termasuk pula kehidupan pribadinya yang tak begitu diperhatikan oleh tidak sedikit orang. Nah, yang terakhir menjadi bahan untuk Spielberg untuk menyerahkan sedikit sentimentalisme. Tapi ini bukan film yang berat. Pesan moral tentang pentingnya dunia nyata di atas dunia virtual melulu menjadi poin untuk memblokir film dengan nada yang lebih positif.
Hakikat film ini yang sebenarnya ialah wadah untuk Spielberg untuk mencungkil sisi sangat nerd-nya. Adegan aksinya sarat sesak. Energinya menciptakan momentum film melaju dengan kencang. Adegan aksi pembuka ialah sekuens pacuan yang dengan gampang mengalahkan pacuan terkeren di film manapun. Berbagai jenis kendaraan, mulai dari truk, batmobile, hingga motor Kaneda dari film Akira, memacu kecepatannya di tengah kekacauan di atas jembatan Manhattan yang melibatkan T-Rex hingga King Kong. Parade visual ini tak menciptakan indera anda overdosis, sebab ada sensasi yang menciptakan kita yakin bahwa Spielberg mengontrol kekacauannya. Ada pun sekuens yang relatif tenang, dimana ia mereka-ulang adegan dari di antara film Stanley Kubrick. Silakan kamu temukan sendiri.
Spielberg memenuhi film ini dengan tidak sedikit karakter dan sekuens yang lumayan untuk memodali tidak sedikit film aksi standar. Ready Player One adalah film yang mungkin hanya dapat dibuat oleh sineas yang sudah tidak sedikit makan asam garam dunia blockbuster. Sulit menginginkan filmnya dapat seasyik dan seheboh ini bila dikerjakan oleh sutradara di samping Spielberg. kita perlu guna menontonnya di layar lebar supaya bisa menikmati efek sakaw yang ditimbulkannya.
Efek spesial menjalankan tugas hqq-nya dalam sinema, yaitu guna menggerakkan narasi. Spielberg pun dengan dinamis memainkan konsentrasi antara OASIS dengan dunia nyata. Beberapa kali kita disuruh mengikuti konflik di dunia nyata, dan porsi kisah di dunia nyata ikut menolong stakes di dunia virtual tereskalasi. Demikian pula sebaliknya.
Sekarang Spielberg sudah memasuki usia 71 tahun, yang mana agaknya tak lancang untuk kita guna menyebutnya sebagai sepuh. Namun disaksikan dari energinya, film ini terasa diciptakan oleh sutradara yang masih berumur 20 tahun-an. Spielberg dapat diumpamakan sebagai opa terkeren sepanjang masa yang mengupayakan untuk menciptakan cucunya terkesan.
Dan ia sukses dengan spektakuler. Ini ialah film Spielberg yang sangat murni serunya sesudah bertahun-tahun. Dan yap, film ultimate untuk para nerd. Saya yakin Spielberg bersenang-senang. Kita pun bersenang-senang. Inilah mengapa kita pergi ke bioskop.
Ready Player One
149 menit
Remaja - BO
Steven Spielberg
Zak Penn, Ernest Cline (screenplay), Ernest Cline (novel)
Steven Spielberg, Donald De Line, Dan Farah, Kristie Macosko Krieger
Janusz KamiĆski
Alan Silvestri